Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Terpimpin (KPBB) Ahmad Syafrudin mengatakan sampah baterai kendaraan listrik dapat menjadi pusat ekonomi baru di Indonesia.
Di peta jalan akselerasi kendaraan listrik Pemerintah pusat telah menyiapkan daur ulang baterai kendaraan listrik oleh PT Nasional Hijau Lestari (NHL).
“Aki kendaraan listrik berpotensi menjadi ekonomi sirkular karena mengandung logam,” ujarnya dalam diskusi bertajuk Impian Produksi Kendaraan Listrik Dalam Negeri yang dipantau di Jakarta, Rabu (2/3/2022).
Proses daur ulang baterai kendaraan listrik akan memulihkan logam berharga, seperti kobalt, aluminium, mangan, dan lithium.
Ahmad menyarankan agar pemerintah menata pengelolaan sampah dengan baik dan mendistribusikannya kepada pihak-pihak yang memiliki teknologi dan metodologi yang mumpuni, sehingga limbah aki kendaraan listrik dapat ditambang kembali untuk memulihkan berbagai jenis logam mulia di dalamnya.
Selain itu, ia berharap pengelolaan limbah aki kendaraan listrik bisa lebih baik dari pengelolaan limbah aki bekas yang menyebabkan masyarakat terkontaminasi zat berbahaya.
Hingga saat ini, polusi dari limbah baterai bekas menyebabkan anak-anak di sekitar smelter daur ulang terlahir cacat, down syndrome, autisme, hipertensi, dan beberapa penyakit serius lainnya.
Kasus tidak tertibnya pengelolaan aki bekas ini karena aliran aki bekas masuk ke mafia. Mereka diduga mengatur aki bekas sehingga mengalir ke smelter ilegal dan akhirnya menghasilkan timah batangan yang kemudian disimpan di pabrik aki.
“Ini aki bekas. Nah, dalam konteks aki kendaraan listrik, aki mengandung logam. Logam sangat berharga, jadi tidak akan sulit asalkan pemerintah tegas,” kata Ahmad.
Pada Maret 2021, Kementerian BUMN secara resmi mengumumkan pembentukan Indonesia Battery Corporation (IBC) yang dibentuk untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari awal hingga akhir di Indonesia.
Pemerintah menargetkan produksi baterai kendaraan listrik mencapai 600.000 unit untuk mobil dan 2,45 juta unit untuk sepeda motor pada 2030.
Target produksi baterai itu untuk mengimbangi jumlah kendaraan listrik dalam sembilan tahun ke depan yang diproyeksikan mencapai 2 juta mobil dan 13 juta sepeda motor. [Antara]