Harga tiket: Rp25.000; Kasus: Verifikasi lokasi Alamat: Tiworiwu, Kec. Jerebuu, Kab. Ngada, Nusa Tenggara Timur. |
Kampung Adat Bena adalah kampung adat di Flores, NTT. Desa yang berasal dari zaman megalitikum ini terletak di atas bukit dengan view langsung ke Gunung Inerie. Letaknya yang berada di kaki gunung merupakan tanda kepercayaan masyarakat terhadap Tuhan yang bersemayam di gunung tersebut.
Pemandangan desa selalu sangat indah dan juga eksotik. Penduduk setempat adalah suku Bajawa yang menganut agama Katolik. Mata pencaharian mayoritas penduduk adalah bertani dan menenun.
Kesederhanaan masyarakatnya yang masih mempertahankan adatnya membuat kampung adat Bena begitu alami. Kawasan ini sangat cocok bagi wisatawan yang bosan dengan gemerlapnya kehidupan modern.
Objek wisata desa adat Bena

1. Desa megalitik
Desa eksotis ini telah ada selama 1200 tahun. Bentuk kampung tidak pernah berubah sejak zaman dahulu, masyarakat tetap menjaga kualitas bangunan, struktur dan letak rumah yang ada. Rumah itu telah diwariskan dari generasi ke generasi. Penduduk desa percaya akan keberadaan Yeta, dewa yang melindungi desa.
2. Rumah dengan tata letak yang unik
Konstruksi rumah di Kampung Adat Bena begitu unik dan tidak pernah berubah. Bentuk desa membentang dari utara ke selatan. Pintu masuk terletak di sebelah utara. Di ujung lainnya adalah tepi tebing yang curam.
Rumah warga disusun berbentuk U, dengan bagian tengah sebagai tempat upacara adat dengan bangunan leluhur diletakkan di tengah. Bangunan leluhur berupa nga’du dan bhaga.
Nga’du berbentuk payung bertiang tunggal dan atapnya terbuat dari ijuk. Bangunan Nga’du merupakan simbol leluhur laki-laki. Tiang ngadhu terbuat dari kayu keras khusus yang juga berfungsi sebagai tempat menggantung hewan pada upacara adat untuk kurban.
Sedangkan Bhaga merupakan simbol leluhur perempuan. Sederhananya, bentuk Bhaga ini seperti miniatur rumah warga, persis seperti pesan bahwa perempuan bekerja di rumah.
3. Makna dibalik bentuk desa
Dilihat dari atas, bentuk kampung Bena menyerupai perahu, menurut kepercayaan pada zaman megalitik, perahu tersebut memiliki keterkaitan dengan kendaraan arwah untuk menuju tempat pemakamannya. Makna yang tercermin dari bentuk perahu ini adalah sifat manusia yang gotong royong dan gotong royong. Hal ini terlihat dalam kehidupan para leluhur dalam penaklukan alam dengan mengarungi lautan untuk sampai ke Bena.
4. Penghasil kopi terbaik Flores
Selain memiliki pemandangan yang memukau, desa adat Bena juga memiliki sumber daya alam yang melimpah. Desa menawan ini dikenal sebagai penghasil kopi terbaik di wilayah Flores dan Bajawa. Kenikmatan kopi didapat dari proses tradisional yang masih digunakan, aftertaste kopi khas Bena cenderung asam.
5. Pengrajin Tenun Tradisional
Mata pencaharian utama penduduk desa Bena adalah bercocok tanam bagi laki-laki dan perempuan yang menenun kain tradisional. Selembar kain membutuhkan waktu lama dalam proses pembuatannya. Kualitas kainnya juga sangat bagus karena masih buatan tangan. Biasanya kain tenun tersebut akan dijual kepada para wisatawan yang datang dengan harga 200-300 ribu tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya.
6. Pertanian alami tanpa eksploitasi lingkungan
Bekerja di ladang atau menjadi petani merupakan mata pencaharian utama penduduk Desa Bena. Masyarakat sangat berhati-hati dalam mengelola lahan, bercocok tanam masih menggunakan cara tradisional tanpa alat dan obat-obatan modern. Hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat.
7. Terdapat gazebo untuk menikmati pemandangan dari belakang desa
Bangunan seperti gazebo berdiri kokoh di belakang kawasan desa, tempat ini merupakan tempat terbaik bagi wisatawan untuk menikmati keindahan desa adat Bena.
8. Tanduk kerbau sebagai tanda status
Ada 45 rumah di Desa Bena. Kebiasaan warga yang menunjukkan status sosial adalah memajang tanduk kerbau di dinding depan rumah. Semakin banyak usungan yang dipajang, maka semakin tinggi pula status sosial pemilik rumah. Atap rumah juga memiliki ornamen yang berbeda-beda sebagai simbol penghuni rumah.
Alamat dan cara menuju ke lokasi

Alamat kampung adat Bena ada di Flores, di Nusa Tenggara Timur. Kawasan yang masih asri ini merupakan bagian dari perimeter wisata Kabupaten Ngada. Secara administratif termasuk dalam wilayah Desa Tiworiwu. Lokasinya dekat dengan kota Bajawa yang merupakan pusat kota Kabupaten Ngada, hanya berjarak 14 kilometer saja.
Dari Bajawa hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit perjalanan, relief jalan yang dilalui berupa belokan, tanjakan dan turunan yang cukup ekstrim. Jika wisatawan dari Labuan Bajo menuju kota Bajawa, dibutuhkan waktu tempuh 8 jam kemudian dilanjutkan 30 menit lagi untuk sampai ke Kampung Bena.
Secara geografis, desa adat yang indah ini terletak di atas bukit. Di sisi barat, ada Gunung Inerie sebagai latar belakang. Gunung Inerie memuncak pada 2.245 meter di atas permukaan laut. Bentuk desa memanjang seperti perahu dengan panjang 375m dan lebar 80m. Sumber lain mengatakan bahwa luas Kampung Bena adalah 220m x 56m.
Harga tiket masuk kampung adat Bena
Harga tiket masuk Kampung Beda adalah Rp 25.000 per orang, nantinya pengunjung akan mendapatkan kain tenun kecil sebagai tanda kunjungan dan harus dikembalikan setelah selesai. Caranya dengan menggunakan kain seperti selendang yang dililitkan di leher. Ada buku tamu yang juga harus diisi pengunjung, selain tiket masuk ada biaya pinang Rp 20.000 per rombongan yang datang
Agar roda perekonomian tetap berjalan dan menghargai budaya lokal, jika punya uang lebih bisa membeli kain tenun buatan warga. Kain tenun tersebut dipajang dan dijual langsung di depan rumah penduduk.
Wanita penenun sangat ramah dan tidak memaksa pengunjung untuk membeli. Hanya dengan melihatnya akan selalu membawa senyum. Jam berkunjung bagi wisatawan dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore.
Berbagai aktivitas menarik untuk dilakukan

1. Jalan sehat
Setelah sampai di tempat parkir kendaraan untuk menuju Kampung Adat Bena, pengunjung terlebih dahulu harus berjalan menuju pintu gerbang di sisi utara. Selama perjalanan, pengunjung akan melihat pemandangan pohon bambu yang tinggi. Suara bambu yang ditiup akan begitu menenangkan.
2. Kumpulkan stok foto
Kegiatan menarik selanjutnya adalah mengumpulkan foto sebanyak-banyaknya di desa cantik ini. Ada banyak spot foto unik di sini. Setiap tempat memiliki arti tersendiri. Setiap bangunan rumah bahkan memiliki ciri khas tersendiri. Pengunjung dijamin tidak akan kehabisan ide foto.
Selain latar belakang rumah-rumah penduduk, juga latar belakang pemandangan alam yang indah dihadirkan di sini. Pemandangan pegunungan, dataran tinggi, awan biru dalam perpaduan yang spektakuler, indah dan menenangkan.
3. Berinteraksi dengan penduduk setempat
Menjadi desa wisata, masyarakat Desa Bena sudah terbiasa dengan banyaknya wisatawan yang datang. Warga dikenal ramah dan mau berinteraksi. Anak-anak suka berfoto, bercanda, dan mengobrol. Sementara itu, Mama-mama (sebutan untuk wanita yang sudah menikah di suku Bena) menyambut hangat orang-orang yang datang untuk melihat proses menenun kain secara tradisional.
Menjalin interaksi dengan orang-orang baru tentunya sangat penting untuk membuat perjalanan pendidikan Anda menjadi lebih menyenangkan. Terutama bagi wisatawan yang datang dari luar pulau. Tambahan informasi mengenai banyaknya turis mancanegara yang juga ingin datang ke Kampung Adat Bena, terutama turis dari Jerman dan Italia.
4. Nikmati keindahan desa dari atas
Lelah berkeliling desa sebagai tempat peristirahatan, wisatawan bisa menggunakan gardu pandang di belakang desa untuk beristirahat dan menikmati semua pemandangan desa dari atas. Bentuk rumah mengikuti kontur tanah yang bertingkat-tingkat, sehingga semakin ke belakang bangunan semakin tinggi.
5. Perburuan Cinderamata Khas
Berkunjung ke Desa Bena belum lengkap tanpa membawa sehelai kain tenun khas dari sana. Kain tenun ini dibuat dengan pewarna alami, harganya tidak terlalu mahal dengan ukuran kain yang bervariasi.
Oleh-oleh khas desa Bena selain kain tenun adalah kopi khas Flores yang terkenal dengan rasanya yang nikmat. Pengunjung bisa membeli kopi dalam bentuk biji atau bubuk yang sudah diolah dengan cara tradisional.
Fasilitas wisata di desa adat Bena

Uniknya, pasti desa adat, namun pihak pengelola selalu memperhatikan kebutuhan pengunjung dengan menyediakan fasilitas yang memadai dan nyaman. Toilet umum dilengkapi sesuai dengan standar turis,
Infrastruktur akomodasi yang belum tersedia di dekat desa adat Bena, justru merupakan bentuk upaya pelestarian lingkungan desa. Dengan demikian, wisatawan yang ingin bermalam bisa menginap di Kota Bajawa yang tidak terlalu jauh dari desa eksotis ini.
Kebersihan desa juga menjadi perhatian masyarakat, sehingga rumah penduduk terjaga kebersihannya dan penampilan mereka terjaga. Sekalipun atap rumah terbuat dari jerami, jerami tersebut tidak mencemari tanah. Sebagai tempat peristirahatan, juga dibangun gazebo standar wisata.
Demikian ulasan mengenai Kampung Adat Bena yang berada di atas bukit ini. Desa yang masih asri dan tradisional ini menjunjung tinggi nilai adat dan budaya.